The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Di tengah kemerosotan yang terus berlanjut dalam ekuitas Tiongkok, banyak manajer investasi terkemuka kehilangan pekerjaan dan investor terpaksa menanggung kerugian besar.
Data terbaru Bloomberg menunjukkan bahwa aset dana aktif telah menyusut hingga 40% dari puncaknya, sebuah indikasi jelas dari kekecewaan investor terhadap strategi manajemen aktif yang tidak mampu memberikan hasil yang memadai.
Namun, di tengah tantangan ini, satu sektor pasar telah mengalami pertumbuhan eksponensial: reksa dana yang diperdagangkan di bursa (ETF). Dengan sekarang mencakup sekitar 45% dari total aset dana ekuitas di Tiongkok, strategi investasi pasif di ETF ini semakin menunjukkan kekuatan dan pengaruhnya di pasar saham senilai $8,1 triliun.
Dalam waktu hanya tiga tahun, rasio ini telah berlipat ganda, mendekati pangsa pasar yang dikuasai oleh AS, yang saat ini mencapai 58% untuk strategi ekuitas pasif.
Menurut Xu Meng, Direktur Eksekutif di China Asset Management Co., “Investasi indeks kini menjadi pilihan utama bagi investor individu dan institusi. Kegagalan reksa dana aktif untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik meskipun dikenakan biaya yang lebih tinggi telah menyebabkan banyak investor beralih ke ETF.”
Data dari Morningstar Inc. menunjukkan bahwa aset di bawah dana aktif telah menyusut sekitar 2,2 triliun yuan ($312 miliar) sejak akhir 2021, sementara aset dana pasif melonjak 63%, dengan lebih dari 70% di antaranya berbentuk ETF.
Sebelumnya, Tiongkok dikenal sebagai surga bagi pemilih saham dengan banyak manajer investasi yang sukses. Namun, kondisi pasar yang menantang—termasuk kerangka regulasi yang tidak stabil dan penurunan sektor properti—telah mengubah lanskap ini secara drastis.
Manajer investasi ternama kini menghadapi kritik pedas dari investor, termasuk Liu Yanchun yang terkenal saat pasar saham sedang naik.
Kinerja buruk dana yang dikelola Liu, seperti Invesco Great Wall Blue-Chip Growth Mixed Fund, yang merugi lebih dari 19% pada tahun 2024, membuat banyak investor mempertanyakan mengapa mereka masih bertahan. “Mungkin lebih baik membeli ETF CSI 300 untuk menutupi kerugian,” keluh salah satu pemegang dana.
Meskipun dana pasif seperti ETF juga mengalami kerugian, dengan rata-rata penurunan 13,3% pada tahun 2024, banyak investor ritel melihatnya sebagai pilihan yang lebih mudah dan murah untuk berinvestasi.
Dengan biaya manajemen yang jauh lebih rendah, antara 0,15% hingga 0,5%, ETF semakin diminati di kalangan investor yang ingin mengejar tema investasi yang sejalan dengan prioritas pemerintah.
Peralihan ini menunjukkan bahwa di tengah ketidakpastian ekonomi, investor kini lebih memilih pendekatan yang lebih sederhana dan transparan, sejalan dengan tren global yang telah berlangsung di AS dan Eropa.
Sementara masa depan pasar ekuitas Tiongkok tetap tidak pasti, pertumbuhan dana pasif memberikan sinyal penting tentang perubahan preferensi investasi di kalangan investor.
Dengan perubahan ini, para manajer investasi aktif perlu mempertimbangkan strategi baru agar tetap relevan di pasar yang semakin terdesentralisasi ini.
SIMAK JUGA: Apa Itu Fatwa Exchange-Traded Fund (ETF) Syariah? Ini Dasar Hukum Fikihnya
* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com.
Leave a Reply