6 Risiko yang Mengintai di Balik Keuntungan Investasi Obligasi

Jangan Lupa Bagikan!

The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Bagi sebagian besar investor, obligasi seringkali dipandang sebagai instrumen investasi yang relatif aman dan stabil, terutama jika dibandingkan dengan saham.

Anggapan ini tidak sepenuhnya salah, mengingat obligasi menawarkan pembayaran bunga periodik dan pengembalian pokok investasi pada saat jatuh tempo.

Namun, penting untuk disadari bahwa layaknya instrumen investasi lainnya, obligasi juga membawa serangkaian risiko yang perlu dipahami dan diantisipasi oleh setiap investor.

SIMAK JUGA: 6 Keuntungan Investasi Obligasi yang Bikin Kamu Auto Sultan!

Ketidakpedulian terhadap potensi risiko ini dapat berujung pada kerugian finansial yang tidak diinginkan.

Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam obligasi, pemahaman yang komprehensif mengenai berbagai jenis risiko yang melekat padanya adalah sebuah keharusan.

Tanpa pemahaman yang mendalam, investor bisa saja terkejut ketika mendapati nilai obligasi yang mereka pegang menyusut atau bahkan menghadapi kemungkinan gagal bayar dari penerbit.

Padahal, pasar obligasi memiliki dinamikanya sendiri yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan keuangan. Perubahan suku bunga, kondisi kredit penerbit, tingkat inflasi, likuiditas pasar, peluang reinvestasi, hingga fluktuasi nilai mata uang (untuk obligasi berdenominasi asing) adalah beberapa elemen kunci yang dapat memengaruhi kinerja investasi obligasi.

Menganggap obligasi sebagai aset yang sepenuhnya bebas risiko adalah sebuah kekeliruan yang berpotensi merugikan. Mari kita telaah lebih lanjut berbagai risiko yang perlu diwaspadai dalam investasi obligasi.

Berikut adalah penjelasan lebih detail tentang risiko-risiko tersebut:

1). Risiko Suku Bunga

Jika suku bunga pasar mengalami kenaikan, harga obligasi yang telah diterbitkan sebelumnya cenderung mengalami penurunan. Fenomena ini terjadi karena investor akan lebih tertarik untuk mengalokasikan dananya pada obligasi baru yang menawarkan tingkat kupon atau suku bunga yang lebih tinggi, sesuai dengan kondisi pasar terkini.

Akibatnya, investor yang memegang obligasi dengan suku bunga yang relatif lebih rendah berpotensi mengalami kerugian modal apabila mereka terpaksa menjual obligasi tersebut sebelum tanggal jatuh temponya.

Penurunan harga ini diperlukan agar yield (tingkat imbal hasil) obligasi lama menjadi kompetitif dengan obligasi baru yang diterbitkan dengan suku bunga lebih tinggi.

2). Risiko Kredit/Gagal Bayar

Risiko kredit atau gagal bayar merupakan potensi bahwa pihak penerbit obligasi, baik itu korporasi maupun pemerintah, tidak memiliki kemampuan finansial untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar bunga secara periodik atau melunasi pokok utang pada saat obligasi jatuh tempo.

Dampak dari risiko ini sangat signifikan bagi investor, karena dalam skenario terburuk, mereka dapat mengalami kerugian sebagian atau bahkan seluruh modal yang telah diinvestasikan. Analisis mendalam terhadap kredibilitas dan kesehatan finansial penerbit obligasi menjadi krusial untuk memitigasi risiko ini.

3). Risiko Inflasi

Inflasi, atau kenaikan harga barang dan jasa secara umum, dapat secara signifikan menggerogoti daya beli dari pembayaran bunga dan pokok obligasi yang diterima oleh investor. Ketika tingkat inflasi meningkat, nilai riil dari uang yang diterima investor di masa depan menjadi lebih rendah.

Akibatnya, meskipun investor menerima pembayaran sesuai dengan jadwal, keuntungan riil (keuntungan setelah memperhitungkan inflasi) dari investasi mereka mungkin menjadi sangat kecil atau bahkan negatif, sehingga tujuan investasi untuk meningkatkan daya beli tidak tercapai.

4). Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas berkaitan dengan kemudahan investor untuk menjual obligasi yang dimilikinya di pasar sekunder dengan harga yang wajar dan dalam waktu yang relatif singkat. Jika suatu jenis obligasi memiliki tingkat likuiditas yang rendah, artinya tidak banyak pembeli yang aktif memperdagangkannya.

Dalam situasi ini, investor yang ingin segera mencairkan investasinya mungkin terpaksa menjual obligasi tersebut dengan harga yang lebih rendah dari nilai pasar yang sebenarnya atau harus menunggu dalam waktu yang lama hingga menemukan pembeli yang bersedia membayar harga yang sesuai.

5). Risiko Reinvestasi

Risiko reinvestasi muncul ketika investor menerima pembayaran kupon (bunga) dari obligasi yang dimilikinya dan harus menginvestasikan kembali dana tersebut. Risiko ini terjadi jika suku bunga pasar saat itu lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga obligasi awal.

Akibatnya, investor mungkin tidak dapat menginvestasikan kembali kupon yang diterima dengan tingkat imbal hasil yang sama atau lebih tinggi, sehingga potensi imbal hasil keseluruhan dari investasi obligasi tersebut menjadi lebih rendah dari yang diharapkan. Risiko ini lebih relevan bagi investor yang mengandalkan pendapatan periodik dari obligasi.

6) Risiko Mata Uang

Risiko mata uang secara khusus relevan bagi investor yang memutuskan untuk membeli obligasi yang diterbitkan dalam denominasi mata uang asing. Nilai investasi dalam obligasi tersebut akan sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar antara mata uang asing tersebut dengan mata uang lokal investor. ]

Jika nilai tukar mata uang asing mengalami penurunan terhadap mata uang lokal, maka nilai investasi obligasi dalam mata uang lokal juga akan menurun, yang berpotensi menyebabkan kerugian bagi investor meskipun nilai obligasi dalam mata uang asing tersebut tidak berubah.

SIMAK JUGA: Strategi Investasi Obligasi saat Volatilitas Pasar Tinggi

* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*