
The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Harga emas, yang sebelumnya dianggap sebagai aset pelarian aman di tengah gejolak global, justru terpantau loyo. Pelemahan ini terjadi seiring dengan menguatnya cengkeraman dolar AS dan sinyal meredanya tensi perdagangan antara dua raksasa ekonomi dunia, China dan Amerika Serikat.
Namun, yang lebih mengejutkan, para pedagang emas justru mengungkapkan kekecewaan mendalam terhadap pernyataan “wait and see” Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengenai kondisi ekonomi Paman Sam.
Data dari Reuters pada Kamis (8/5/2025) menunjukkan betapa pedihnya pukulan bagi emas. Harga emas di pasar spot, yang sebelum pengumuman The Fed sudah terperosok lebih dari 1%, semakin dalam jurangnya setelah Powell menyampaikan pidatonya. Penurunan tajam sebesar 1,8% menyeret harga emas ke level US$3.368,42 per troy ounce.
SIMAK JUGA: Bos Pegadaian: Jangan FOMO Investasi Emas!
Nasib serupa dialami harga emas berjangka AS yang terkoreksi 0,9% menjadi US$3.391,9 per troy ounce. Penguatan kurs dolar AS sebesar 0,6% terhadap mata uang utama lainnya semakin memperburuk situasi, membuat emas batangan menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar zona dolar.
Keputusan bulat Federal Open Market Committee (FOMC) untuk mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 4,25%-4,50%, yang telah berlaku sejak Desember, ternyata tidak memberikan kejelasan yang diharapkan pasar.
“Ketidakpastian tentang prospek ekonomi telah meningkat lebih jauh,” demikian pernyataan FOMC setelah pertemuan. Jerome Powell kemudian mempertegas ketidakpastian tersebut dengan menyatakan bahwa bank sentral tidak dapat bertindak secara spekulatif ketika arah ke depan masih kabur. Sikap inilah yang membuat para pelaku pasar emas merasa “diprank” oleh kehati-hatian The Fed.
Pedagang logam independen Tai Wong bahkan blak-blakan menyebut bahwa Powell terlalu konservatif dalam menyampaikan pandangannya, hanya mengulang pesan bahwa The Fed akan terus “mengamati dan menunggu”. “Sikap tersebut membuat pasar sedikit tidak puas yang tidak akan mengubah bias bullish emas yang kuat.
Penurunan akan terjadi karena emas adalah satu-satunya pasar yang membuat investor sangat yakin,” tambahnya. Padahal, emas telah mencatatkan kenaikan fantastis sebesar 28,6% sepanjang tahun ini, didorong oleh risiko geopolitik dan pembelian agresif dari bank sentral berbagai negara, termasuk China yang terus menambah cadangan emasnya selama enam bulan berturut-turut.
Kini, harapan pemulihan harga emas tampaknya bergantung pada perkembangan pembicaraan tingkat tinggi antara AS dan China. Pertemuan antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan kepala negosiator perdagangan Jamieson Greer dengan “raja ekonomi” China He Lifeng di Swiss pada akhir pekan ini dipandang sebagai potensi terobosan untuk meredakan ketegangan tarif.
Jika kedua negara berhasil mencapai kesepakatan, bukan tidak mungkin sentimen negatif terhadap emas akan berlanjut. Investor emas kini harus bersiap menghadapi ketidakpastian ganda, antara sikap hati-hati The Fed dan potensi normalisasi hubungan dagang AS-China, yang bisa saja membalikkan kilau aset safe haven ini.
SIMAK JUGA: Mudah! Begini Cara Membuka Tabungan Emas Melalui Pegadaian Digital
* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com
Leave a Reply