The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Dalam analisis teknikal pola candlestick adalah alat yang sangat berguna untuk membantu investor dan trader memprediksi pergerakan harga di masa depan.
Pola-pola ini muncul sebagai bentuk grafik dari pergerakan harga dalam periode waktu tertentu dan memberikan sinyal penting mengenai pembalikan tren atau kelanjutan tren.
Setiap pola candlestick menggambarkan interaksi antara pembukaan (opening), penutupan (closing), harga tertinggi (high), dan harga terendah (low) dalam sebuah sesi perdagangan.
SIMAK JUGA: 11 Istilah Dasar dalam Analisis Teknikal yang Wajib Diketahui Para Trader Saham dan Kripto
Beberapa pola candlestick sangat efektif dalam menunjukkan kemungkinan pembalikan harga (reversal), yang bisa membantu para investor dan trader untuk menentukan kapan harus masuk atau keluar dari pasar.
Berikut adalah penjelasan lebih mendalam mengenai beberapa 4 pola candlestick yang sering digunakan dalam analisis teknikal, terutama yang dapat menunjukkan potensi pembalikan arah atau perubahan tren.
1). Hanging Man (Bearish)
Hanging Man adalah pola candlestick yang dapat menandakan pembalikan arah dari tren naik menjadi tren turun. Pola ini terdiri dari sebuah candlestick dengan tubuh kecil di bagian atas dan sumbu panjang (shadow) di bawahnya.
Dalam pola ini, harga penutupan berada lebih rendah dibandingkan harga pembukaan, yang menunjukkan adanya tekanan jual yang kuat selama sesi perdagangan. Hanging man biasanya muncul setelah sebuah tren naik yang cukup lama, dan memberikan sinyal bahwa harga mungkin akan mulai turun pada sesi berikutnya.
Meskipun pola ini mengindikasikan potensi pembalikan arah, pola hanging man hanya dapat dianggap sebagai sinyal bearish jika disertai dengan volume yang tinggi dan konfirmasi pada sesi berikutnya, seperti candlestick bearish yang muncul setelahnya.
Jika harga tidak turun setelah pola ini, maka bisa jadi pola tersebut hanyalah koreksi sementara dalam tren naik. Sebagai contoh, jika saham sedang mengalami tren naik dan pola hanging man muncul, investor harus lebih berhati-hati dan menunggu konfirmasi penurunan harga sebelum memutuskan untuk melakukan aksi jual atau keluar dari posisi.
2). Shooting Star (Bearish)
Shooting Star adalah pola candlestick yang juga menunjukkan potensi pembalikan arah, namun berbeda dengan hanging man dalam hal posisi harga penutupan dan pembukaan. Pola ini terbentuk ketika harga pembukaan relatif dekat dengan harga penutupan, namun harga tertinggi selama sesi perdagangan jauh lebih tinggi dari harga pembukaan dan penutupan, membentuk sumbu panjang di bagian atas.
Pola ini sering muncul setelah sebuah tren naik, yang mengindikasikan bahwa meskipun ada tekanan beli yang kuat, pada akhirnya pasar gagal mempertahankan harga tinggi dan ditutup lebih rendah.
Shooting star menggambarkan bahwa meskipun para pembeli berhasil mendorong harga naik, tekanan jual yang kuat di akhir sesi membuat harga menurun kembali. Kondisi ini sering kali menjadi pertanda bahwa momentum kenaikan harga mulai melemah dan pasar bisa berbalik arah.
Seperti halnya pola hanging man, konfirmasi dari pola shooting star diperlukan untuk memastikan bahwa pembalikan tren benar-benar terjadi, yang biasanya diperoleh dengan munculnya candlestick bearish setelahnya. Pola ini sangat berguna bagi trader untuk melakukan aksi jual sebelum harga turun lebih lanjut.
3). Harami (Bullish)
Harami adalah pola candlestick yang biasanya menunjukkan kemungkinan pembalikan arah dari tren turun menjadi tren naik (reversal bullish). Pola ini terdiri dari dua candlestick: pertama, candlestick panjang dengan tubuh hitam (menunjukkan tren turun) dan diikuti oleh candlestick kedua yang lebih kecil, dengan tubuh putih (menunjukkan tren naik).
Pola harami mengindikasikan bahwa meskipun ada tekanan jual yang besar pada sesi pertama, pada sesi kedua pasar mulai menunjukkan tanda-tanda pembalikan, dengan pembukaan yang lebih tinggi dan penutupan yang lebih tinggi, yang menunjukkan adanya minat beli yang kuat.
Pola harami memberikan sinyal bahwa tren turun yang sedang berlangsung mungkin akan segera berbalik naik. Ini menjadi sinyal bagi trader untuk mempertimbangkan membeli aset pada saat pola ini terbentuk, karena bisa saja pasar mulai melanjutkan kenaikan harga.
Namun, untuk meningkatkan akurasi sinyal, trader perlu menunggu konfirmasi lebih lanjut pada sesi berikutnya, seperti candlestick bullish yang lebih kuat, yang bisa menunjukkan bahwa harga benar-benar akan naik setelah pola harami terbentuk. Pola ini sangat berguna dalam kondisi pasar yang oversold, di mana harga sudah terlalu turun dan ada potensi untuk rebound.
4). Doji (Bullish atau Bearish)
Doji adalah pola candlestick yang sangat terkenal dan dapat menjadi indikator pembalikan arah, baik menuju tren naik (bullish reversal) atau tren turun (bearish reversal), tergantung pada konteks pasar dan posisinya.
Doji terbentuk ketika harga pembukaan dan harga penutupan hampir sama, sehingga membentuk sebuah candlestick dengan tubuh sangat kecil dan sumbu (shadow) yang lebih panjang. Pola ini menggambarkan ketidakpastian pasar, di mana tidak ada dominasi antara pembeli dan penjual selama sesi perdagangan.
Jika doji muncul setelah tren turun yang cukup dalam, hal ini bisa menjadi sinyal bahwa pasar mulai lelah dan ada kemungkinan harga akan berbalik naik, karena penjual mulai kehilangan kekuatan dan pembeli mulai mengambil alih.
Sebaliknya, jika doji muncul setelah tren naik yang panjang, ini bisa menjadi tanda bahwa harga telah mencapai level resistansi yang kuat dan pasar mungkin akan berbalik turun. Keakuratan sinyal dari pola doji bisa ditingkatkan dengan konfirmasi dari candlestick selanjutnya, yang menunjukkan apakah pasar benar-benar berbalik arah.
Pola doji juga penting karena mencerminkan kebingungannya pasar, di mana harga bergerak naik dan turun tetapi akhirnya berakhir di sekitar harga pembukaan. Keberhasilan pola ini dalam menunjukkan pembalikan arah sangat bergantung pada konteks pasar dan posisi doji dalam tren yang sedang berlangsung.
Perbedaan Warna Candlestick
Selain pola-pola candlestick yang telah disebutkan, perlu dicatat bahwa warna candlestick juga memainkan peranan penting dalam analisis. Warna candlestick umumnya menggunakan dua warna utama, yaitu merah dan hijau (atau dalam beberapa platform digunakan hitam dan putih).
Candlestick merah atau hitam menunjukkan bahwa harga penutupan lebih rendah daripada harga pembukaan, yang berarti terjadi penurunan harga selama sesi tersebut. Warna ini menunjukkan tekanan jual.
Candlestick hijau atau putih menunjukkan bahwa harga penutupan lebih tinggi daripada harga pembukaan, yang berarti terjadi kenaikan harga selama sesi tersebut. Warna ini menunjukkan tekanan beli.
Pemahaman tentang warna candlestick membantu trader untuk lebih mudah mengidentifikasi apakah pasar sedang didominasi oleh pembeli atau penjual, serta apakah pola candlestick menunjukkan pembalikan arah atau kelanjutan tren.
Jadi, pola-pola candlestick memberikan informasi yang sangat berguna dalam analisis teknikal, terutama dalam menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pembelian atau penjualan. Setiap pola memiliki karakteristik yang menunjukkan potensi pembalikan arah atau kelanjutan tren, dan memahami pola-pola ini dapat membantu para trader untuk mengidentifikasi peluang pasar dengan lebih baik.
Namun, penting untuk diingat bahwa pola candlestick tidak selalu dapat diprediksi dengan akurat dan harus digunakan bersama dengan indikator teknikal lainnya serta analisis konfirmasi dari pergerakan pasar di sesi berikutnya untuk meningkatkan akurasi prediksi.
SIMAK JUGA: 5 Pengaruh Suku Bunga pada Naik-Turunnya Harga Saham, Cermati Baik-Baik!
* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com.
Leave a Reply