Mendung di Akhir Pekan, IHSG Rontok Lagi Hampir 2 Persen

Ilustrasi: IHSG yang terus melemah. (Ist.)
Ilustrasi: IHSG yang terus melemah. (Ist.)
Jangan Lupa Bagikan!

The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Di akhir perdagangan Jumat, 14 Maret 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup rontok lagi hampir 2 persen.

Koreksi IHSG makin dalam di akhir sesi perdagangan lalu yang ambles 1,98 persen ke 6.515,63.

Nilai transaksinya mencapai Rp 9,11 triliun yang melibatkan 15,65 miliar saham yang berpindah tangan 1,03 juta kali.

Sebanyak 205 saham menguat, 384 melemah, dan 218 stagnan. Hampir semua sektor berada di zona merah.

Hanya konsumer primer yang hijau dengan kenaikan 0,18 persen. Sementara sektor teknologi runtuh paling dalam hingga 7,73 persen.

SIMAK JUGA: Inilah 5 Aplikasi AI untuk Trading Saham Indonesia

Emiten pemberat IHSG

Rontoknya IHSG rupanya sejalan dengan saham DCI Indonesia (DCII) yang turun 20 persen ke level 180.925.

Padahal sebelumnya, saham DCII reli panjang dengan kenaikan harian yang selalu menyentuh auto reject atas (ARA).

Saham DCII sepanjang tahun berjalan telah naik lebih dari 300 persen.

Selain itu, saham perbankan pun masih menjadi pemberat IHSG. BBCA turun 2,51 persen menjadi 8.750 dan berkontribusi 14,64 indeks poin terhadap penurunan IHSG.

Defisit anggaran pemerintah!

Di sisi lain, anjloknya IHSG pun dipengaruhi faktor realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sampai akhir Februari 2025 tercatat defisit Rp31,2 triliun atau 0,13 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Defisit per Februari ini merupakan yang pertama dalam empat tahun terakhir.

Pendapatan negara sampai akhir Februari 2025 mencapai Rp316,9 triliun. Komponen terbesarnya pajak Rp187,8 triliun serta bea cukai Rp52,6 triliun.

Sementara, belanja negara dalam dua bulan pertama mencapai Rp348,1 triliun atau 9,6 persen dari target APBN. Pemerintah pusat menghabiskan Rp211,5 triliun dan transfer daerah Rp136,6 triliun.

Defisit APBN per Februari 2025 berbanding terbalik dengan 3 tahun sebelumnya di mana pada periode tersebut masih mencatat surplus.

Ini menunjukkan besarnya ketergantungan Indonesia terhadap harga komoditas.

SIMAK JUGA: Bos BCA dan BRI Berang dengan Influencer Saham Sesat yang Takuti Investor

* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*