Pro-Kontra Diversifikasi dalam Investasi Saham

Diversifikasi Investasi
Diversifikasi dalam Investasi (EduFulus/Ist)
Jangan Lupa Bagikan!

The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Bagi kita yang berkecimpung dengan dunia investasi tentu tidak asing lagi dengan istilah diversifikasi. Khusus di ranah investasi saham, istilah ini diyakini menjadi pilar utama dalam pembentukan portfolio yang sehat.

Investor umumnya percaya diversifikasi itu hukumnya wajib karena bisa meminimalisir kerugian. Diversifikasi bukan sekadar teori, melainkan strategi investasi yang bisa direalisasikan.

Konsep diversifikasi yang untuk pertama kalinya dielaborasi oleh pemenang Nobel Ekonomi 1990, Harry Markowitz pada 1952, mengajarkan bahwa diversifikasi dapat menurunkan risiko portfolio ke arah kerugian yang besar.

SIMAK JUGA: 4 Jenis Fee (Biaya) dalam Investasi Saham yang Harus Ditanggung Investor

Ia berpandangan mengalokasikan dana investasi pada beberapa instrumen diyakini dapat menurunkan risiko investasi.

Di ranah investasi saham sendiri, diversifikasi identik dengan idiom “Don’t put your eggs in one basket”. Jika semua telur ditaruh dalam satu keranjang dan keranjang itu jatuh maka kita berpotensi kehilangan semuanya. Beda halnya saat kita menaruh telur-telur yang dimiliki tidak hanya di satu keranjang.

Markowitz menegaskan bahwa diversifikasi akan meminimalisir risiko kerugian. Manakala terjadi penurunan harga pada salah satu saham yang dimiliki, kerugian bisa diminimalkan dengan keuntungan yang didapatkan dari saham yang lainnya.

Memang, tidak ada yang salah dengan teori diversifikasi ini, tapi benarkah teori Markowitz ini 100% benar? Jika diversifikasi itu benar-benar sakti, mestinya sebagian besar investor menerapkannya. Faktanya, lain teori, lain pula di praktiknya.

SIMAK JUGA: 4 Kecerobohan dalam Investasi Saham, Nomor 3 Kamu Banget

Sederet studi ilmiah mulai Blume, Crockett, dan Friend (1974), Survey Reserve Board (1975), Lease, Lewellen, dan Schalrbaum (1976), King dan Leape (1984), Starr-McCluer (1994) dan Barber dan Odean (1991-1996) mengonfirmasi bahwa mayoritas investor individu tidak melakukan diversifikasi, bahkan ketika aset selain saham diperhitungkan di dalamnya.

Sejumlah investor berpandangan bahwa diversifikasi hanya akan menghasilkan imbal hasil yang tidak banyak bedanya dengan imbal hasil Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Mereka berpandangan, jika memiliki kemampuan mumpuni secara fundamental dan teknikal, tentu sangat tidak masuk akal jika tidak memanfaatkannya untuk memilih saham yang memberikan cuan tinggi dari sekadar imbal hasil pasar.

Dengan kata lain mau diafirmasi oleh aliran ini bahwa diversifikasi itu hanya cocok untuk investor pemula (awam) yang tidak yakin akan kemampuan pemilihan sahamnya.

SIMAK JUGA: Kenali Support dan Resistance Saham, Emangnya Buy, Sell dan Hold Itu Gampang?

Selain itu, diversifikasi sejatinya juga memiliki kelemahan, yakni membuat tidak fokus (Robert Kiyosaki, Cashflow Quadran: 1998) dan (William J. Oneil, How to Make Money in Stocks: a Winning System in Good or Bad Times: 2002), kinerja investasi hanya akan bergerak persis mengikuti pasar atau IHSH, dan diversifikasi saham melahirkan kelambatan dalam bereaksi (tidak gesit) untuk menjual saham yang relatif sudah kemahalan dan membeli saham lain yang sudah tertekan ketika bearish.

Polemik seputar diversifikasi ini pun pernah ditengahi dengan rekomendasi National Association of Investor Corporation (1995) yang menganjurkan pentingnya diversifikasi yang tidak berlebihan.

Mereka merekomendasikan investasi hanya di lima saham atau the rule of five dengan potensi 1 saham rugi, 3 saham imbal hasilnya biasa-biasa saja, dan 1 saham melejit. Dengan demikian, dalam kerangka berpikir begini bagaimana pun yang namanya diversifikasi itu penting setelah melalui proses pemilihan dengan tepat.

Dus, diversifikasi sebagai salah satu satu strategi dalam investasi saham tentu saja pilihan, karena selain pentingnya meminimalkan risiko, tujuan investasi yang utama adalah memaksimalkan cuan.

SIMAK JUGA: Tip Investasi dan Trading Saham Saat Market Sedang Rontok




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*