
The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI), Irvan Susandy angkat suara terkait kaburnya asing dari pasar Indonesia melalui saham-saham dengan nilai net sell asing terbesar.
Saham-saham dengan nilai net sell asing terbesar itu membebani kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa waktu terakhir.
Ketika investor asing menjual saham dalam jumlah besar, hal ini dapat menyebabkan penurunan harga saham-saham tersebut di pasar.
SIMAK JUGA: Per Akhir November 2023, Asing Belum Masuk Pasar Saham dan Obligasi Korporasi, Tertinggi Justru Masuk SBN
Sebagai bagian dari IHSG, penurunan harga saham-saham ini kemudian turut mempengaruhi pergerakan keseluruhan indeks, karena IHSG merupakan indeks yang mengukur kinerja rata-rata harga saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)
10 saham-saham dengan nilai net sell asing terbesar, yakni Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA), Bank Negara Indonesia (BBNI), Telkom Indonesia (TLKM), Semen Indonesia (SMGR), Astra International (ASII), Sarana Menara Nusantara (TOWR), United Tractors (UNTR) dan Triputra Agro Persada (TAPG).
Beberapa faktor menyebabkan penurunan IHSG dan aksi jual asing, antara lain:
- Kebijakan hawkish dari The Fed yang meningkatkan imbal hasil obligasi AS dan memberikan tekanan pada pasar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
- Konflik geopolitik yang berlarut-larut di Timur Tengah.
- Depresiasi mata uang Rupiah sebesar 5,68 persen hingga 19 Juni 2024.
- Tingginya tingkat suku bunga BI di Indonesia yang mempengaruhi kenaikan yield instrumen pendapatan tetap dan mendorong aksi jual saham oleh investor asing.
- Data ekonomi domestik yang kurang memuaskan, seperti peningkatan defisit transaksi berjalan RI dari 1,1 miliar dollar AS menjadi 2,2 miliar dollar AS pada kuartal I-2024.
- Penurunan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur RI dari 52,9 menjadi 52,1 pada Mei 2024, serta penurunan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) RI dari 127,7 menjadi 125,2 pada Mei 2024.
- Peningkatan kepemilikan investor pada instrumen-instrumen seperti SBN, SBSN, dan SRBI.
- Penurunan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley.
- Volatilitas harga saham tertentu yang mempengaruhi aksi jual saham oleh investor asing.
SIMAK JUGA: 14 Indikator Laporan Keuangan Emiten yang Perlu Diperhatikan Sebelum Sahamnya Dibeli
* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com.
Leave a Reply