Strategi Lump Sum Versus Dollar Cost Averaging (DCA) dalam Investasi

Investor Pemula (Newbie) di Pasar Modal
Investor Pemula (Newbie) di Pasar Modal (KalderaNews/Ist)
Jangan Lupa Bagikan!

The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Istilah Lump Sum dan Dollar Cost Averaging (DCA) juga dikenal dalam dunia investasi. Keduanya adalah strategi yang bisa dipilih oleh investor dalam berinvestasi di pasar modal.

Secara prinsip kedua strategi ini bisa digunakan dalam investasi reksa dana atau pun saham. Kendati demikian, pilihan pada strategi ini wajib menyesuaikan dengan profil keuangan masing-masing investor.

Lump Sum dalam investasi adalah strategi menyetorkan uang dalam jumlah banyak sekaligus ke dalam instrumen investasi. Strategi ini cocok untuk investor dengan penghasilan tetap, berkocek tebal, dan sudah memiliki pengalaman.

SIMAK JUGA:Apa Itu Trading Halt? Corona (Covid-19) Bikin Rontok IHSG dan Harga Saham di 2020

Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman soal timing yang tepat untuk investasi, yakni tatkala pasar benar-benar sedang mengalami koreksi besar-besaran dan pada saat yang sama sebenarnya terjadi pemulihan kondisi ekonomi.

Selain butuh modal besar, menjadi investor yang selalu memiliki kemampuan memprediksikan titik terendah dari pasar itu bukan perkara mudah, karena tidak ada rumus pasti cuan dalam investasi reksa dana dan saham.

Ada pun kelebihan strategi ini adalah keuntungan yang maksimal, terutama saat kinerja pasar untuk jangka pendek atau menengah terbilang positif. Oleh sebab itu, strategi Lump Sum ini cocok untuk investor yang simpel dan tidak ingin repot berinvestasi secara bertahap.

Sementara itu, strategi Dollar Cost Averaging (DCA) dalam investasi atau dikenal dengan investasi berkala sebenarnya lebih cocok untuk investor dengan dana terbatas atau bahkan untuk mereka yang belum memiliki pendapatan tetap. Investasi dengan strategi nyicil ini baik dilakukan untuk keseimbangan keuangan.

SIMAK JUGA: Waran: Produk Pemanis di Pasar Modal

Strategi ini efektif memberikan hasil investasi yang baik dengan syarat dilakukan dengan timing yang tepat, yaitu saat harga-harga reksa dana atau saham sedang turun pada posisi terendah sehingga memungkinkan investor membeli pada harga yang lebih murah.

Kelebihan strategi DCA ini praktis karena investor tidak perlu melakukan analisis pasar dan dapat melakukannya secara autodebet atau terpotong otomatis dari rekening dalam jumlah yang sama setiap bulannya. Dengan strategi ini tentu saja modal yang diperlukan lebih terjangkau atau merakyat ketimbang strategi Lump Sum.

Strategi Lump Sum ini cocok untuk investor yang ingin aman dan fokus menjaga nilai investasi tanpa berbagai usaha besar, dengan membeli reksa dana atau saham yang tepat secara rutin dan berkala. Kebiasaan membeli secara tetap ini tentu efektif untuk menghindari keputusan yang impulsif.

Akhir kata, pada dasarnya baik strategi Lump Sum maupun Dollar Cost Averaging (DCA) cocok diterapkan dalam investasi reksa dana atau saham. Namun memadukan kedua strategi ini sekaligus, tentu tidak menjadi masalah. Langkah konkretnya pada saat pasar sedang koreksi besar-besaran, investor dapat menambah porsi investasinya. Sebaliknya, jika pasar dalam keadaan normal, cukup melakukan investasi berkala.

SIMAK JUGA: Kamu Newbie dalam Investasi Saham, Kuy Simak 5 Tip untuk Pemula Ini

* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*