
The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengalami penurunan signifikan belakangan ini. Penurunan bursa saham Indonesia tidak lepas dari berbagai ketidakpastian, baik yang berasal dari faktor global maupun domestik.
Di tingkat global, para pelaku pasar masih menantikan langkah-langkah lanjutan dari Presiden Donald Trump pasca pelantikannya, yang telah mengumumkan sejumlah kebijakan kontroversial dan proteksionis, seperti penerapan tarif tinggi.
Kebijakan tersebut memicu respons dari negara-negara yang terkena dampak tarif, yang kemudian memicu apa yang sering kita sebut dengan perang dagang jilid 2 di era Trump.
SIMAK JUGA: Berikut Daftar 61 Saham yang Kena Suspensi BEI, Belum Bayar Listing Fee Sih!
Selain itu, ekonomi AS yang masih cukup kuat, dengan pasar tenaga kerja dan inflasi yang ketat, membuat prospek penurunan suku bunga tahun ini menjadi lebih lambat. Hal ini menjaga kekuatan dolar AS dan imbal hasil US Treasury.
Sementara di dalam negeri, kami mencatat bahwa banyak kebijakan yang masih dalam tahap coba-coba di awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Di sisi lain, kondisi ekonomi domestik juga masih sulit, dengan daya beli yang belum pulih, yang tercermin dari inflasi yang rendah tahun lalu dan deflasi yang terjadi pada Januari tahun ini.
Investasi di tengah ketidakpastian ekonomi memerlukan strategi yang hati-hati dan penuh pertimbangan. Berikut beberapa tips investasi yang bisa membantu mengurangi risiko dan memanfaatkan peluang dalam situasi yang penuh tantangan:
1). Diversifikasi Portofolio
Diversifikasi adalah kunci utama untuk mengurangi risiko. Jangan menaruh semua uang Anda dalam satu jenis aset. Sebagai contoh, selain investasi di saham atau obligasi, pertimbangkan untuk memiliki komoditas seperti emas, atau bahkan properti.
Jangan lupa diversifikasi juga berdasarkan sektor, lokasi geografis, dan jenis instrumen (misalnya, saham, reksa dana, obligasi, ETF).
2). Fokus pada Aset Aman (Safe Haven)
Smas sering kali menjadi pilihan investasi yang aman saat ekonomi tidak pasti. Ini bisa menjadi cadangan nilai dan pelindung dari inflasi. Selanjutnya obligasi pemerintah, khususnya yang dikeluarkan oleh negara dengan peringkat kredit tinggi, dapat memberikan pendapatan tetap yang relatif aman dan tentu saja cash atau memiliki sebagian uang dalam bentuk likuid bisa memberikan fleksibilitas untuk membeli aset dengan harga lebih rendah ketika pasar sedang turun.
3). Evaluasi Suku Bunga dan Kebijakan Moneter
Di tengah ketidakpastian ekonomi, banyak bank sentral menyesuaikan kebijakan suku bunga. Jika suku bunga rendah, ini dapat menjadi peluang untuk berinvestasi dalam aset yang sensitif terhadap suku bunga, seperti saham atau obligasi korporasi dengan bunga tetap.
Namun, jika suku bunga diperkirakan akan naik, obligasi jangka panjang bisa tertekan. Di sini, Anda perlu berhati-hati dalam memilih jenis obligasi yang akan dibeli.
4). Pertimbangkan Investasi Jangka Panjang
Ketidakpastian ekonomi sering kali disertai dengan volatilitas pasar jangka pendek. Sebagai investor, Anda bisa memanfaatkan ini untuk berfokus pada investasi jangka panjang yang lebih stabil, misalnya saham perusahaan dengan fundamental kuat yang cenderung bertahan dalam waktu lama. Investasi jangka panjang juga memungkinkan Anda untuk mengabaikan fluktuasi pasar yang sementara dan mengambil keuntungan dari pertumbuhan perusahaan dan ekonomi secara keseluruhan.
5). Investasi pada Sektor yang Resisten terhadap Krisis
Perusahaan yang bergerak di sektor kesehatan atau farmasi sering kali lebih stabil karena permintaan akan produk dan layanan kesehatan tidak terlalu terpengaruh oleh gejolak ekonomi. Selanjutnya sektor barang-barang konsumsi yang bersifat kebutuhan dasar (seperti makanan dan minuman) cenderung bertahan dengan baik meski terjadi resesi dan sektor teknologi juga dapat menjadi sektor yang menarik, meski lebih volatil, karena kemajuan digital dan otomatisasi terus berkembang.
6). Perhatikan Pasar Saham yang Tepat
Saham dengan kapitalisasi pasar besar dan perusahaan-perusahaan dengan laporan keuangan yang solid cenderung lebih tahan terhadap gejolak ekonomi. Blue-chip stocks, yaitu saham perusahaan besar dengan reputasi yang stabil, bisa menjadi pilihan yang lebih aman.
7). Gunakan Dollar-Cost Averaging (DCA)
Dollar-Cost Averaging adalah strategi di mana Anda berinvestasi sejumlah uang tetap pada interval waktu tertentu, tanpa mempedulikan harga pasar saat itu. Ini membantu mengurangi risiko membeli di harga yang tinggi dan mengurangi pengaruh volatilitas pasar jangka pendek.
8). Pantau Likuiditas dan Manajemen Risiko
Selalu pastikan Anda memiliki likuiditas yang cukup dalam portofolio untuk menghadapi situasi tak terduga. Ini akan membantu Anda menghindari menjual aset pada harga yang tidak menguntungkan jika Anda membutuhkan dana mendesak.
Pertimbangkan untuk menggunakan instrumen manajemen risiko seperti asuransi atau derivatif untuk melindungi portofolio Anda dari risiko yang sangat tinggi.
So, ketidakpastian ekonomi memang membawa tantangan, tetapi juga membuka peluang bagi investor yang siap menghadapinya dengan strategi yang tepat. Fokus pada kestabilan, diversifikasi, dan pendekatan jangka panjang akan membantu Anda bertahan dan berkembang dalam kondisi ekonomi yang fluktuatif.
SIMAK JUGA: Hati-hati! Modus Baru Penipuan Kripto, Ada Jeratan Asmara dan AI
* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya diĀ Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com.
Leave a Reply