Skandal “Saham Virtual” Ajaib Gegerkan Investor, BEI Membela: “Gimmick Marketing Aja

Aplikasi Ajaib milik Ajaib Sekuritas
Aplikasi Ajaib milik Ajaib Sekuritas (EduFulus/GWK)
Jangan Lupa Bagikan!

The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Sbuah tangkapan layar dari Ajaib Sekuritas yang menjanjikan “bonus saham PSAT 1 lot” bagi nasabah e-IPO terbarunya telah memicu kegaduhan masif di grup-grup WhatsApp investor beberapa hari terakhir. Janji manis ini berubah getir ketika terungkap, bonus yang digembar-gemborkan itu hanyalah “saham virtual” yang membutuhkan biaya konversi untuk diubah menjadi saham sungguhan.

Pertanyaan besar pun muncul: apakah ini inovasi cerdas atau trik pemasaran menyesatkan yang membahayakan kepercayaan publik terhadap pasar modal?

SIMAK JUGA: Ini Klarifikasi dan Bantahan Lengkap Ajaib Sekuritas Terkait Kasus Transaksi Rp1,8 Miliar

Pesan yang beredar mengklaim bonus saham PSAT 1 lot akan otomatis masuk portofolio pada 8 Juli 2025, bertepatan dengan listing PSAT. Ajaib bahkan menjanjikan pengembalian dana penuh atas transaksi e-IPO. Namun, di balik janji tersebut, ada jebakan istilah: “saham virtual” yang bisa dikonversi dengan biaya ditanggung nasabah.

Kondisi ini sontak memicu amarah dan kebingungan di kalangan pelaku pasar. “Ini serius dikasihnya saham bonus? Kok bisa sih, kan lewat e-IPO?” tanya seorang anggota grup WhatsApp, diikuti timpalam sinis: “IPO itu bukan hadiah bonus. Dan saham itu bukan mainan virtual.”

Menanggapi kehebohan yang meruncing ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan, Kristian Manullang, memilih bersikap lunak. Ia dengan enteng menyebut persoalan ini sebagai “gimmick marketing aja”. Menurutnya, tidak ada pelanggaran yang dilakukan Ajaib. Pihaknya hanya meminta Ajaib untuk “jangan pakai istilah-istilah itu”, khususnya “saham virtual”.

“Sebenarnya tidak ada kesalahan dalam konteks, oh ada saham itu virtual gitu. Itu kami klarifikasi. Sudah. Dan mereka gak melakukan itu lagi,” kata Kristian, mencoba meredakan gejolak. Ia bersikeras bahwa saham yang dimaksud bukanlah saham baru dan Ajaib hanya mengalokasikan sejumlah budget terbatas untuk bonus ini. Bonus yang dimaksud, katanya, adalah dalam bentuk uang tunai yang kemudian bisa dibelikan saham di pasar reguler jika nasabah menginginkannya.

Penjelasan BEI ini justru memunculkan tanda tanya baru. Jika sebenarnya itu adalah bonus cash yang dibelikan saham di pasar, mengapa Ajaib awalnya menggunakan frasa “bonus saham virtual” yang ambigu dan membingungkan investor, terutama pemula? Bukankah penggunaan istilah “saham virtual” di tengah edukasi pasar modal yang gencar bisa merusak pemahaman dasar investor tentang kepemilikan aset riil?

Kristian Manullang menegaskan tidak ada sanksi yang dijatuhkan, hanya “teguran” untuk mengganti istilah. Ini menimbulkan pertanyaan besar tentang standar pengawasan BEI terhadap praktik pemasaran sekuritas. Apakah hanya karena “term and condition apply” dan “tidak ada saham baru diterbitkan”, sebuah praktik yang berpotensi memicu kesalahpahaman dan spekulasi tidak dianggap sebagai pelanggaran serius yang layak sanksi tegas?

Insiden “saham virtual” ini, meski disebut sebagai gimmick semata, bisa menjadi preseden berbahaya. Ketika batas antara pemasaran inovatif dan klaim yang ambigu menjadi tipis, siapa yang akan menjamin perlindungan investor dari praktik-praktik serupa di masa depan

Pasar modal harus dibangun di atas kepercayaan dan transparansi mutlak, bukan “gimmick” yang bisa menimbulkan multi-interpretasi. BEI punya pekerjaan rumah besar untuk memastikan insiden semacam ini tidak terulang dan kepercayaan investor tidak terkikis.

SIMAK JUGA: Geger Investor Ajaib Ditagih Rp1,8 Miliar dari Transaksi Saham Misterius, Sekuritas Angkat Bicara

* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*