The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Manusiawi jika sebagai investor saham itu mengalami yang namanya penyesalan. Menjadi investor saham memang harus siap dengan banyak penyesalan. Penyesalan itu lumrah dalam dunia investasi saham.
Oleh sebab itu, bagi siapa pun yang ingin terjun dan menekuni dunia saham memang harus siap mengalami banyak penyesalan. Penyesalan demi penyesalan itu akan datang silih berganti.
SIMAK JUGA: Apes Dah, Kemana dan Bagaimana Sih Ya Cara Mengurus Saham yang Kena Delisting?
Teori Behavioral Finance menyebut fenomena ini sebagai regret bias (bias penyesalan). Bias penyesalan dalam konteks investasi saham ada dua jenis. Keduanya pun lumrah dialami investor saham. Kedua penyesalan tersebut yakni: Pertama, error of commission. Kedua, error of omission.
- Error of Commission
Error of commission adalah penyesalan yang timbul akibat telah mengambil aksi tertentu (action) yang ternyata salah. Contoh konkret error of commission yakni aksi jual investor tatkala pasar saham sedang bullish dan ternyata keputusan aksi jual tersebut terlalu dini (salah). Padahal, harga saham masih terus naik dan melejit setelah aksi jualnya. Namun pada kondisi tertentu penyesalan juga muncul tatkala terlalu dini melakukan aksi jual tidak di puncak bullish (harga tertinggi) karena tiba-tiba saham merosot lagi secara drastis. Aksi-aksi begini melahirnya penyesalan. Dua contoh di atas terkait aksi jual. Terkait aksi beli pun tak jarang melahirkan penyesalan. Misalkan saat pasar bearish, investor menyesal karena aksi belinya terlalu dini, padahal harga masih terus merosot. Begitu juga aksi beli tidak di titik harga terendah, karena harga sudah terlanjur berbalik arah kembali meroket. Aksi ini melahirkan penyesalan bagi investor. - Error of Omission
Error of omission adalah jenis penyesalan karena tidak mengambil aksi tertentu (inaction). Contoh konkret error of omission yakni sikap apatis investor yang melahirkan penyesalan karena tidak melakukan aksi apa pun, baik aksi jual atau beli, saat kondisi pasar tertentu. Biasanya penyesalan model ini terjadi saat harga saham sedang bullish, tetapi tidak melakukan aksi jual untuk saham yang dimilikinya ataupun saat harga saham sedang bearish, tetapi tidak membelinya. Apatis tidak menjual atau membeli saham saat demikian ini melahirkan penyesalan.
Menariknya, kadar penyesalan dalam teori behavioral finance menyebutkan bahwa error of commission lebih kuat dibanding error of omission. Hal ini mudah dimengerti karena ada transaksi.
SIMAK JUGA: Inilah Sekuritas Terbaik dan Terpercaya Berdasarkan Total Frekuensi Trading Terbanyak
Bias penyesalan (regret bias) biasanya juga terjadi ketika ada IPO (initial public offering). Saat IPO hanya ada dua pilihan, yakni memesan atau tidak memesan dengan dua kemungkinan yakni IPO sukses atau gagal.
Penyesalan terjadi saat sudah melakukan aksi pemesanan, tetapi ternyata IPO gagal alias harga sahamnya justru anjlok. Beda halnya jika melakukan aksi memesan dan ternyata IPOnya sukses maka tak ada penyesalan.
So, penyesalan itu sangat lumrah dalam investasi saham. Tapi biar tidak mengalami banyak penyesalan, selain berbekal pengetahuan dan ketrampilan yang cukup, investor yang siap untuk menyesal sebaiknya memang tidak terlalu sering memelototi pergerakan harga saham.
Memelototi pergerakan harga saham secara terus-menerus dan tak terkendali justru membuka peluang terjadinya banyak transaksi gorengan yang berujung pada penyesalan. So, sudah siap untuk mengalami penyesalan demi penyesalan?
SIMAK JUGA: Inilah Daftar Lengkap Saham-Saham IDX80 Periode Agustus 2021-Januari 2022
Leave a Reply