Saham Murah Vs Saham Murahan, Waspadai Value Trap

Investasi saham
Investasi saham (EduFulus/Ist)
Jangan Lupa Bagikan!

The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Membeli saham di harga yang paling atau lagi murah banyak disarankan pakar saham dalam investasi dan trading saham guna mendapatkan cuan yang optimal. Murah di sini tentu saja bukan dalam arti saham murahan.

Makanya saran yang banyak diberikan adalah membeli saham yang valuasinya sedang murah. Namun tak hanya berhenti di valuasinya yang murah, investor atau trader saham wajib mengecek dan menganalisis laporan keuangan emitennya secara komprehensif.

Perlu dicatat baik-baik bahwa saham yang valuasinya murah berdasarkan analisis Price to Earnings Ratio (PER) atau Price to Book Value (PBV) belum tentu murah dalam arti yang sesungguhnya baik untuk ditransaksikan atau undervalued, tetapi bisa jadi malah saham murahan.

SIMAK JUGA: 4 Tips Cerdas Meminimalkan Risiko dalam Investasi Saham

Dihadapkan pada saham dengan kondisi begini, investor atau trader tentu wajib waspada dengan yang namanya value trap atau kondisi saham yang kayaknya murah, ternyata saham murahan.

Jika investor atau trader dalam melihat valuasi saham hanya berpatokan pada PER dan PBV maka bisa jadi sedang masuk dalam jebakan yang namanya value trab.

Oleh sebab itu, analisis valuasi saham murah tidak boleh hanya berpatokan pada acuan PER dan PBV.

Meskipun kedua metrik ini umum digunakan dalam analisis valuasi saham, ada beberapa faktor penting lainnya yang juga perlu dipertimbangkan agar analisis lebih komprehensif dan akurat.

Berikut adalah beberapa faktor tambahan yang perlu diperhatikan dalam analisis valuasi saham:

1). Pertumbuhan Laba dan Pendapatan

Selain melihat PER, penting untuk memperhatikan pertumbuhan laba dan pendapatan perusahaan dari waktu ke waktu. Saham dari perusahaan dengan pertumbuhan laba dan pendapatan yang solid mungkin lebih menarik daripada saham dari perusahaan dengan PER rendah namun laba dan pendapatan yang menurun.

2). Analisis DCF (Discounted Cash Flow)

Pendekatan ini memperkirakan nilai saham dengan mengalokasikan nilai sekarang dari aliran kas yang diharapkan di masa depan. DCF adalah salah satu metode valuasi yang lebih komprehensif, karena mempertimbangkan arus kas masa depan, tingkat diskonto, dan estimasi pertumbuhan perusahaan.

3). Rasio Utang dan Likuiditas

Memeriksa rasio utang perusahaan dan tingkat likuiditasnya sangat penting. Saham dari perusahaan dengan beban utang yang tinggi atau likuiditas rendah bisa menjadi sinyal risiko.

4). Analisis Fundamental Lainnya

Evaluasi kinerja operasional perusahaan, margin keuntungan, return on equity (ROE), dan indikator fundamental lainnya juga perlu dilakukan. Informasi ini membantu memberikan gambaran lebih lengkap tentang kesehatan dan performa perusahaan.

5). Prospek Industri

Pertimbangkan juga prospek industri tempat perusahaan beroperasi. Faktor-faktor makroekonomi dan industri dapat berdampak pada performa perusahaan dan valuasi sahamnya.

6). Manajemen Perusahaan

Kualitas manajemen perusahaan dan kebijakan korporasi mereka dapat berdampak pada valuasi saham. Memahami reputasi dan rekam jejak manajemen adalah bagian penting dari analisis.

Ingatlah bahwa analisis valuasi saham adalah kombinasi dari berbagai faktor dan metode. Tidak ada satu metrik tunggal yang dapat memberikan gambaran lengkap tentang valuasi sebuah saham.

Dalam investasi saham, penting untuk melakukan analisis menyeluruh dan berhati-hati sebelum membuat keputusan investasi.

So, penting untuk tidak terjebak dengan saham-saham yang valuasinya seolah-olah terlihat murah, namun bukan karena kinerja operasionalnya yang meningkat.

Nah, analisis fundamental, apalagi di tengah kondisi market yang sedang volatile karena ancaman resesi global, penting dilakukan secara komprehensif.

SIMAK JUGA: 5 Cara Genjot Kelihaian Investasi Saham buat Milenial




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*