Saat Tepat untuk Average Down dan Buy the Dip

Investasi saham
Investasi saham (EduFulus/Ist)
Jangan Lupa Bagikan!

The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Dalam dunia investasi saham, terutama bagi mereka yang memiliki tujuan jangka panjang, fluktuasi harga adalah hal yang wajar.

Terkadang, saham yang diyakini memiliki fundamental kuat dan prospek cerah justru mengalami penurunan harga setelah dibeli.

Menghadapi situasi ini, investor seringkali dihadapkan pada pilihan strategi untuk mengelola portofolio mereka. Dua strategi yang umum dibahas adalah Average Down dan Buy the Dip.

SIMAK JUGA: Apa Itu Pullback dalam Trading Saham dan Mengapa Sering Dibicarakan oleh Trader?

Memahami perbedaan dan kapan waktu yang tepat untuk menerapkan masing-masing strategi sangat krusial agar investasi tetap berjalan sesuai rencana.

Pentingnya Niat Awal Investasi dan Pemilihan Saham Berkualitas

Sebelum membahas lebih jauh mengenai strategi Average Down dan Buy the Dip, penting untuk menekankan dua hal mendasar.

Pertama, niat awal investasi adalah kunci. Investor yang berinvestasi dengan perspektif jangka panjang cenderung lebih tenang dalam menghadapi gejolak pasar dan memiliki waktu untuk pemulihan investasi.

Kedua, pemilihan saham yang berkualitas, terutama saham bluechip yang umumnya menjadi anggota indeks seperti IDX80, menjadi landasan penting. Saham-saham ini biasanya memiliki fundamental yang kuat, kinerja keuangan yang stabil, dan reputasi yang baik, sehingga memiliki potensi pemulihan yang lebih besar dalam jangka panjang.

Terlanjur Nyangkut: Apa yang Harus Dilakukan?

Seringkali, investor pemula atau bahkan yang berpengalaman pun mengalami situasi di mana harga saham yang telah dibeli justru mengalami penurunan.

Dalam kondisi ini, langkah pertama yang bijak adalah melakukan analisis kembali terhadap saham tersebut. Apakah fundamental perusahaan masih kuat? Apakah prospek industri masih menjanjikan?

Apakah penurunan harga disebabkan oleh sentimen pasar jangka pendek atau perubahan fundamental yang signifikan? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu investor menentukan langkah selanjutnya.

Strategi Average Down: Menambah Kepemilikan Saat Tren Masih Mendukung

Average Down adalah strategi membeli lebih banyak saham yang sama pada harga yang lebih rendah dari harga pembelian sebelumnya. Tujuannya adalah untuk menurunkan harga rata-rata pembelian saham tersebut.

Strategi ini umumnya dipertimbangkan ketika saham yang diinvestasikan masih berada dalam tren naik (uptrend), yang ditandai dengan posisi Moving Average (MA) jangka pendek (misalnya MA50, MA100) berada di atas MA jangka panjang (misalnya MA200).

Dalam kondisi uptrend yang sehat, penurunan harga seringkali dianggap sebagai koreksi sementara, dan Average Down dapat menjadi cara untuk mengakumulasi lebih banyak saham potensial dengan harga yang lebih menarik.

Strategi Buy the Dip: Memanfaatkan Penurunan Harga Saat Fase Bearish

Berbeda dengan Average Down, strategi Buy the Dip lebih cocok diterapkan ketika saham atau pasar secara keseluruhan sedang berada dalam fase bearish (tren turun).

Dalam fase ini, harga saham cenderung bergerak turun secara signifikan dan berkelanjutan. Alih-alih terus menambah kepemilikan pada saham yang terus menurun (Average Down), Buy the Dip menyarankan untuk membeli saham secara bertahap menggunakan dana yang terpisah (RDN kedua atau ketiga) ketika harga mencapai level terendah atau menunjukkan sinyal pembalikan arah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan harga terbaik saat pasar mulai pulih.

Mengapa Average Down Tidak Disarankan Saat Bearish?

Melakukan Average Down pada saat pasar atau saham berada dalam tren bearish sangat berisiko. Alih-alih menurunkan harga rata-rata pembelian secara signifikan, investor justru berpotensi terus menambah kerugian jika harga saham terus menurun tanpa ada tanda-tanda pembalikan.

Dana yang seharusnya bisa digunakan untuk peluang investasi lain atau untuk Buy the Dip justru terkunci pada saham yang terus merugi.

Kunci Sukses: Manajemen Kas dan Diversifikasi

Penting untuk diingat bahwa kedua strategi ini memerlukan manajemen kas yang baik. Investor sebaiknya tidak pernah mengalokasikan seluruh dananya untuk satu jenis saham atau melakukan all in pada satu waktu.

Memiliki dana cadangan (cash) yang cukup di Rekening Dana Nasabah (RDN) kedua atau ketiga sangat penting untuk dapat memanfaatkan peluang Buy the Dip atau melakukan Average Down secara terukur.

Selain itu, diversifikasi portofolio ke berbagai jenis saham atau sektor juga dapat membantu mengurangi risiko investasi secara keseluruhan.

Bertindak Cerdas Sesuai Kondisi Pasar

Dalam menghadapi penurunan harga saham, investor perlu bersikap tenang dan melakukan analisis yang cermat. Strategi Average Down dapat dipertimbangkan ketika saham masih dalam tren naik sebagai cara untuk mengakumulasi lebih banyak aset potensial.

Namun, ketika pasar atau saham berada dalam fase bearish, strategi Buy the Dip dengan menggunakan dana terpisah dan menunggu sinyal pembalikan arah cenderung lebih bijak.

Manajemen kas yang baik dan diversifikasi portofolio adalah kunci utama untuk keberhasilan investasi jangka panjang di pasar saham.

SIMAK JUGA: 11 Istilah Dasar dalam Analisis Teknikal yang Wajib Diketahui Para Trader Saham dan Kripto

* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*