
The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Morgan Stanley telah mengejutkan pasar dengan menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Langkah ini diambil sebagai respons terhadap penurunan prospek pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia yang semakin melemah, serta menurunnya profitabilitas perusahaan di sektor siklikal.
Dalam laporan terbaru yang dirilis, MSCI mengungkapkan bahwa keputusan tersebut mencerminkan kekhawatiran atas kondisi ekonomi Indonesia yang sedang melambat, yang berdampak pada sektor-sektor yang sangat bergantung pada siklus ekonomi. Beberapa sektor yang tercatat tertekan adalah industri yang sering mengalami fluktuasi berdasarkan kondisi ekonomi, yang kini menghadapi tantangan besar.
Selain itu, return on equity (ROE) Indonesia tercatat mengalami penurunan, sementara China menunjukkan tren yang lebih positif. Analis Morgan Stanley mencatat bahwa pemulihan ROE saham-saham di China terlihat semakin kuat, terutama didorong oleh peningkatan efisiensi operasional dan perbaikan kinerja sektor-sektor besar yang memiliki bobot signifikan dalam indeks MSCI China.
SIMAK JUGA: Danantara Meluncur, Saham-Saham Bank BUMN Malah Memerah
“Tren perbaikan di China terlihat lebih menjanjikan dibandingkan Indonesia. Pemulihan di sektor-sektor besar yang mendominasi pasar China, bersama dengan langkah efisiensi yang diterapkan di sana, memberikan prospek yang lebih baik,” jelas Morgan Stanley dalam laporannya.
Sementara itu, Indonesia tengah menghadapi tekanan dari pelambatan pertumbuhan ekonomi yang mengarah pada pengurangan profitabilitas di sektor-sektor siklikal domestik. Meski ada potensi pemulihan, Morgan Stanley tetap berhati-hati dan memilih untuk lebih banyak mengalihkan eksposur ke pasar lain di Asia.
Selain faktor fundamental, valuasi saham juga turut menjadi alasan utama di balik penurunan peringkat saham Indonesia. Morgan Stanley mengungkapkan bahwa saham China kini lebih menarik secara valuasi, terlebih setelah pemerintah China menunjukkan kebijakan yang lebih mendukung sektor swasta.
“Seiring dengan perubahan ini, kami menaikkan asumsi kelipatan valuasi kami untuk MSCI China menjadi 11,6x, dibandingkan 10,0x sebelumnya. Diskon untuk pasar negara berkembang (EM) kini hanya 7%, jauh lebih baik dibandingkan diskon 17% sebelumnya,” ungkap pihak Morgan Stanley.
Namun, meski memproyeksikan potensi kenaikan saham China, risiko di pasar China tetap menjadi perhatian utama, terutama menyangkut ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat. Kebijakan dagang “America First” yang akan dievaluasi pada 1 April, serta potensi pembatasan ekspor, bisa mempengaruhi sentimen investor global.
Dengan penurunan peringkat Indonesia, Morgan Stanley juga memperkirakan bahwa MSCI pasar negara berkembang (MSCI EM) akan naik sekitar 5%, mencapai level 1.200. Sementara itu, indeks Hang Seng diperkirakan akan mencapai 24.000 poin pada Desember 2025, dan MSCI China diproyeksikan mengalami lonjakan signifikan sebesar 49% hingga mencapai 77 poin.
Dengan kondisi ini, investor di pasar Asia perlu mencermati dinamika pasar dengan hati-hati, mengingat potensi perubahan yang signifikan dalam alokasi investasi ke wilayah yang lebih menguntungkan.
SIMAK JUGA: IHSG Nyungsep, Ini 5 Saham Top Gainers yang Raih Cuan
* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com
Leave a Reply