Mengerikan! 9,48 Juta Orang Turun Kelas, Ekonomi Indonesia Guncang! Daya Beli Sudah Terasa Banget Menurun

Trading dan investasi saham
Trading dan investasi saham (EduFulus/Ist)
Jangan Lupa Bagikan!

The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia menurun dari 57,33 juta jiwa pada tahun 2019 menjadi 47,85 juta jiwa pada tahun 2024.

Penurunan ini setara dengan 9,48 juta orang yang turun kelas, sehingga dapat berdampak pada pelemahan perekonomian Indonesia.

Penurunan jumlah kelas menengah dalam suatu perekonomian sering kali menjadi indikator adanya masalah struktural dalam ekonomi. Kelas menengah, yang berperan sebagai pendorong utama konsumsi domestik, sangat sensitif terhadap faktor-faktor ekonomi seperti pendapatan, inflasi, lapangan kerja, dan kebijakan pemerintah.

SIMAK JUGA: IHSG Terus Melemah, Pasar Saham sedang Lesu

Jika jumlah kelas menengah menurun, hal ini dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan stabilitas sosial.

Berikut beberapa penyebab dan dampak yang mungkin terjadi jika jumlah kelas menengah turun:

Penyebab Penurunan Jumlah Kelas Menengah

Stagnasi Pendapatan. Stagnasi pendapatan disebabkan oleh 2 hal penting yakni:

  • Pendapatan Tidak Berkembang. Jika pendapatan masyarakat stagnan atau tidak tumbuh seiring waktu, banyak individu yang sebelumnya berada di kelas menengah dapat tergeser ke bawah dan kembali ke kelas bawah. Kondisi ini bisa dipicu oleh rendahnya upah, keterbatasan lapangan kerja yang baik, atau pertumbuhan ekonomi yang tidak merata.
  • Ketimpangan Pendapatan. Ketimpangan pendapatan yang semakin besar antara kelompok atas dan bawah juga dapat menyebabkan banyak orang yang berada di kelas menengah tergeser, karena mereka tidak dapat mempertahankan tingkat pendapatan yang cukup untuk mempertahankan gaya hidup kelas menengah.

Ketidakstabilan Ekonomi. Ketidakstabilan ekonomi disebabkan oleh 2 hal penting:

  • Resesi atau Krisis Ekonomi. Krisis ekonomi, baik yang bersifat global maupun domestik, dapat mengguncang perekonomian negara dan berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Kelas menengah, yang cenderung lebih rentan terhadap kehilangan pekerjaan atau pengurangan pendapatan, sering kali menjadi kelompok yang paling terpengaruh.
  • Inflasi Tinggi. Inflasi yang tinggi dapat menggerus daya beli masyarakat, terutama mereka yang berada di kelas menengah. Kenaikan harga barang dan jasa, terutama barang-barang pokok, dapat memaksa mereka untuk mengurangi pengeluaran pada barang-barang lain dan mengurangi kualitas hidup mereka.

Pengangguran dan Automatisasi

  • Peningkatan Pengangguran. Ketika tingkat pengangguran meningkat, banyak orang yang sebelumnya dapat menikmati standar hidup kelas menengah, kehilangan pekerjaan atau tidak dapat menemukan pekerjaan yang layak. Ini berpotensi menurunkan jumlah anggota kelas menengah.
  • Automatisasi dan Perubahan Teknologi. Penerapan teknologi otomatis yang menggantikan pekerjaan manusia di beberapa sektor juga dapat menyebabkan penurunan jumlah kelas menengah. Pekerjaan yang dulu stabil dan memberikan penghasilan menengah, kini hilang atau digantikan oleh pekerjaan dengan penghasilan lebih rendah.
    Harga Rumah yang Melonjak

Kesulitan Memiliki Properti

Salah satu ciri khas kelas menengah adalah kemampuan untuk memiliki rumah. Jika harga rumah atau properti terus melonjak dan tidak dapat dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka banyak orang yang sebelumnya bisa dianggap bagian dari kelas menengah terpaksa terhenti di bawah garis kelas menengah atau lebih kesulitan mengakses properti.

Ketidakmampuan Mengakses Pendidikan Berkualitas

Kesenjangan Pendidikan. Pendidikan berkualitas adalah salah satu faktor penting yang mendukung kemampuan seseorang untuk naik kelas ekonomi. Jika akses ke pendidikan berkualitas terbatas atau mahal, maka banyak orang yang sebelumnya berada di kelas menengah sulit untuk meningkatkan kualitas hidup dan tetap dalam posisi tersebut.

Dampak Penurunan Kelas Menengah

Konsolidasi Ekonomi ke Kelas Atas dan Kelas Bawah

  • Ketimpangan Ekonomi Meningkat. Penurunan jumlah kelas menengah sering kali berimbas pada peningkatan ketimpangan ekonomi. Sebagian besar kekayaan dan konsumsi akan terkonsentrasi pada kelas atas, sementara kelas bawah menjadi lebih besar dan rentan terhadap kemiskinan.
  • Pergeseran Pola Konsumsi. Kelas menengah adalah penggerak utama konsumsi dalam perekonomian. Jika jumlah mereka berkurang, maka permintaan untuk barang dan jasa cenderung terhambat. Barang-barang dan layanan premium akan semakin terjangkau hanya bagi kalangan kaya, sementara kalangan bawah berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Menurunnya Pertumbuhan Ekonomi

  • Kekuatan Konsumsi yang Melemah. Kelas menengah memiliki daya beli yang besar dan menjadi pendorong utama dalam konsumsi domestik. Jika kelas menengah menyusut, maka daya beli secara keseluruhan menurun, yang bisa berimplikasi pada melambatnya pertumbuhan ekonomi, karena konsumsi adalah salah satu pilar utama dari perekonomian.
  • Pengurangan Inovasi dan Investasi. Dengan menurunnya jumlah kelas menengah, ada kemungkinan berkurangnya permintaan untuk inovasi, produk baru, dan sektor-sektor industri yang bergantung pada daya beli kelas menengah (seperti teknologi, pendidikan, dan layanan kesehatan).

Masalah Sosial

Ketidakstabilan Sosial dan Politis. Kelas menengah berperan penting dalam stabilitas sosial dan politik. Mereka cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan terlibat dalam aktivitas politik dan sosial. Penurunan jumlah kelas menengah dapat menciptakan ketidakpuasan dan ketidakstabilan, karena banyak orang merasa terpinggirkan dari manfaat pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan Kemiskinan

Ketika kelas menengah tergerus, semakin banyak orang yang berada di garis kemiskinan. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya masalah sosial, seperti ketidaksetaraan, kriminalitas, dan ketidakstabilan sosial.

Pengaruh Terhadap Sistem Pajak dan Kebijakan Pemerintah

Beban Pajak yang Tidak Seimbang. Jika jumlah kelas menengah berkurang, maka sistem pajak yang bergantung pada kontribusi mereka akan menjadi tidak seimbang. Pemerintah mungkin harus mencari cara untuk meningkatkan penerimaan dari kelas bawah yang tidak memiliki daya beli besar, atau memfokuskan pajak pada sektor-sektor kaya, yang berpotensi menimbulkan ketegangan.

Penurunan jumlah kelas menengah bisa menjadi sinyal adanya masalah dalam distribusi pendapatan, kebijakan ekonomi yang tidak adil, atau ketidakstabilan ekonomi yang memengaruhi daya beli masyarakat. Dampaknya tidak hanya dirasakan pada perekonomian secara mikro, tetapi juga pada dinamika sosial dan politik yang lebih luas.

Mengatasi penurunan jumlah kelas menengah memerlukan kebijakan yang mendukung pertumbuhan inklusif, pemerataan pendapatan, serta akses yang lebih baik terhadap pendidikan, perumahan, dan pekerjaan dengan upah yang layak.

SIMAK JUGA: IHSG Anjlok, Begini Saran Menurut Wyckoff Method dengan Pendekatan Analisis Big Fish

* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*