The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Masyarakat Indonesia gemar menyimpan uang dalam bentuk tabungan dan deposito. Sayangnya, banyak dari mereka tidak sadar kalau menaruh uang di tabungan dan deposito itu dalam konteks pengembangan sebenarnya justru “merugikan”.
Tingkat bunga yang relatif kecil dibandingkan tingkat inflasi membuat dua cara menyimpan uang tersebut jelas tak mendatangkan keuntungan karena nilai uang yang disimpan justru menyusut tergerus biaya administrasi dan inflasi.
Nah, di era keterbukaan seperti saat ini, sudah selayaknya masyarakat berpikir ulang untuk memarkirkan uangnya dalam wadah tabungan dan deposito untuk konteks pengembangan, karena dewasa ini sudah ada instrumen investasi yang tergolong mudah dan menguntungkan yaitu reksa dana.
SIMAK JUGA: Mengenal 10 Jenis Reksa Dana Syariah
Reksa dana tergolong tahan banting di masa pandemi Covid-19, khususnya untuk reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap. Sementara itu, reksa dana campuran dan reksa dana saham terpaksa tak tahan tersapu fluktuasi pergerakan saham.
Desmond Wira dalam bukunya” Memulai Investasi Saham” menguraikan reksa dana berasal dari kata reksa yang berarti memelihara dan dana yang berarti uang. Reksa dana (mutual fund) artinya uang yang dipelihara.
Dengan kata lain, reksa dana itu menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian dana tersebut dikelola oleh manager investasi (fund manager).
Reksa dana memang termasuk instrumen investasi yang paling mudah karena setelah membeli reksa dana, investor tinggal menunggu hasil kinerja manajer investasi yang mengelola reksa dananya.
Satu hal yang perlu diperhatikan, pastikan investor memilih manajer investasi yang berkualitas dan pasti terdaftar secara resmi sebagai manager investasi.
SIMAK JUGA: Siapa Bilang Investasi Reksa Dana Bebas Pajak
Kalau masih ragu untuk memilih manager investasi yang terpercaya, kini tak perlu khawatir lagi karena sudah ada platform platform dan aplikasi yang akan memanjakan masyarakat Indonesia menikmati keuntungan investasi reksa dana yang memberikan return tinggi di atas bunga deposito.
Maklum saja, pada umumnya return reksa dana hanya sebesar 6% per tahun dan belum dipotong pajak sekitar 20%. Sebagai pembanding, rata-rata reksa dana pasar uang memberikan return 7-10% (kurang dari 1 tahun), reksa dana pendapatan tetap 15-18% (1-3 tahun), return reksa dana campuran 15-20% (3-5 tahun) dan return reksa dana pasar saham 20-26% (di atas 5 tahun).
Adapun bentangan imbal hasil dalam satu tahun untuk reksa dana pasar uang sebesar 6%-8% dalam setahun, imbal hasil reksa dana pendapatan tetap sebesar 5%-10% dalam satu tahun, imbal hasil reksa dana campuran sebesar 10%-12% dalam setahun dan imbal hasil reksa dana saham sebesar 10%-20% dalam setahun.
Kondisi demikian akan terlihat sedikit berbeda saat dibandingkan dengan di masa pandemi. Selama pandemi reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap lah yang tahan banting dengan masih bisa memberikan return 5-6% untuk reksa dana pasar uang dan 7-13% reksa dana pendapatan tetap.
Sementara itu, reksa dana campuran dan reksa dana saham tergolong yang paling riskan terpengaruh fluktuasi harga saham. Tak mengherankan, banyak investor reksa dana pada masa pandemi memilih dan mengandalkan reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap.
SIMAK JUGA: 8 Tips Cerdas Memilih Reksa Dana
* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com.
Leave a Reply