The Path To Financial Freedom, EduFulus.com –Gemar membaca memang belum membudaya di Indonesia. Berkaca pada hasil riset UNESCO, situasinya memang sangat menyedihkan. Tingkat melek literasi di Indonesia hanya mencapai indeks 0,001. Ini artinya, dari setiap 1.000 orang di Indonesia, hanya satu orang yang gemar membaca.
Segendang-sepenarian, Central Connecticut State University dalam risetnya menemukan tingkat minat membaca orang Indonesia di posisi kedua terbawah alias di urutan 60 dari 61 negara yang diteliti.
Nah, sebagai konsekuensi logis dari rendahnya budaya membaca plus kurangnya buku-buku bacaan bermutu di bidang keuangan, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia pun terdampak.
SIMAK JUGA:Investasi untuk Para Youtuber hingga Selebgram Idaman
Kecakapan masyarakat dalam hal keuangan tercatat rendah. Padahal menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan akan sangat membantu dalam memberikan pemahaman yang mendalam tentang aturan main untuk mengelola keuangan yang cerdas dan peluang mencapai kebebasan keuangan pun akan semakin besar.
Studi OJK mendapati tingkat literasi keuangan penduduk Indonesia yang well literate memang masih rendah di angka 29,7% pada 2016 lalu. Well literate dalam keuangan sendiri dimengerti sebagai kondisi masyarakat yang memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan. Definisi well literate terbedakan dari sufficient literate yang masih di angka 75,69%, less literate di angka 2,06% dan not literate di angka 0,41%.
OJK pernah menargetkan indeks literasi keuangan nasional pada 2019 bertengger di angka 35%. Tak hanya indeks literasi, indeks inklusi keuangan juga ditargetkan 75% pada 2019 naik dari 67,8% pada 2016 lalu.
SIMAK JUGA: Belajar Mengelola Gaji di 5 Pos Utama Ala Superman Asia Li Ka-Shing
Berdasarkan survei nasional literasi keuangan 2019, tingkat inklusi dan literasi keuangan Indonesia meningkat. Data menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan itu mencapai 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan mencapai 76,19 persen.
Target inklusi keuangan pada 2024 dipatok mencapai 90 persen. Target tinggi ini tentu cukup realistis mengingat dewasa ini edukasi literasi keuangan juga masif dilakukan tak hanya oleh OJK, tetapi juga oleh Kementerian Keuangan, BEI, perbankan dan perusahaan sekuritas.
Di luar masifnya edukasi literasi keuangan, kehadiran platform-platform modern yang memudahkan masyarakat mengakses layanan keuangan memberikan dampak konkret untuk literasi dan inklusi keuangan.
Masyarakat gampang mengakses layanan keuangan, seperti halnya untuk layanan nabung reksa dana online. Platform nabung reksa dana online atau aplikasi memungkinkan masyarakat mendapatkan return yang lebih tinggi dibanding hanya menyimpan uangnya di tabungan atau deposito yang berbunga rendah di bawah inflasi.
SIMAK JUGA: Seluk Beluk Prinsip Islam di Pasar Modal Syariah
* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com.
Leave a Reply