4 Bias dan Jebakan Psikologis dalam Investasi Saham

Investor milenial
Investor milenial (EduFulus/Ist)
Jangan Lupa Bagikan!

The Path To Financial Freedom, EduFulus.com – Investasi saham adalah cara untuk mencapai kebebasan finansial, namun seringkali dipengaruhi oleh bias psikologis yang dapat mengaburkan keputusan investor.

Bias-bias ini, seperti overconfidence, confirmation bias, dan lainnya, bisa menjerumuskan investor pada keputusan yang kurang rasional.

Teddy Wishadi, SEVP Retail Markets & Technology BNI Sekuritas, mengingatkan bahwa bias psikologis perlu dikenali untuk mengurangi risiko investasi.

SIMAK JUGA: Apa Itu Pullback dalam Trading Saham dan Mengapa Sering Dibicarakan oleh Trader?

Memahami bias ini adalah langkah penting untuk menjaga rasionalitas dalam berinvestasi dan mengurangi risiko.

Dengan mengenali jebakan-jebakan ini, kita dapat lebih percaya diri dalam membuat pilihan yang bijak.

Berikut beberapa 4 jenis bias atau jebakan psikologis yang dapat memengaruhi investor:

1). Overconfidence: Terlalu Percaya Diri

Dipicu oleh rasa percaya diri yang tinggi setelah meraih kesuksesan dalam beberapa transaksi, investor cenderung meremehkan risiko dan mengabaikan analisis mendalam yang sebelumnya mereka lakukan pada transaksi berikutnya.

Teddy berpendapat bahwa investor perlu melakukan evaluasi berkala terhadap strategi investasi mereka. Penting bagi investor untuk menyadari bahwa seberapa tinggi tingkat kesuksesannya selama ini, analisis mendalam tetap diperlukan. Riset untuk setiap transaksi, baik yang kecil maupun besar, sangat penting agar dapat mengambil keputusan yang bijak.

2). Anchoring: Terjebak pada Harga Pembelian

Banyak investor sering kali kesulitan melepaskan harga awal saat membeli saham. Ketika harga saham turun, mereka cenderung memilih untuk menahan saham tersebut dan berharap harganya kembali, meski terus mengalami kerugian. Padahal, penting untuk menganalisis kembali situasi yang sedang terjadi.

“Apapun perubahan yang terjadi di pasar, kita harus secara aktif meninjau portofolio yang dimiliki. Fokuslah pada nilai saham saat ini dan terus pelajari analisis potensi saham tersebut di masa depan. Keputusan untuk menahan atau menjual saham seharusnya didasarkan pada analisis dan data terkini, bukan hanya pada harga beli awal,” saran Teddy.

3). Confirmation Bias: Melihat Hanya Apa yang Ingin Anda Lihat

Confirmation Bias terjadi ketika investor hanya mencari informasi yang mendukung keyakinan yang mereka miliki, sementara mengabaikan data yang mungkin menentang pandangan tersebut. Hal ini dapat mengarah pada keputusan investasi yang merugikan.

“Investor sebaiknya terbuka terhadap berbagai perspektif yang kredibel. Aktiflah berdiskusi dengan analis atau penasihat keuangan untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam. Dengan cara ini, keputusan yang diambil tidak hanya berdasarkan harapan pribadi, tetapi juga didukung oleh analisis dan pertimbangan dari sumber yang terpercaya,” jelas Teddy.

4). Herd Behavior: Mengikuti Kerumunan

Dalam investasi, kita sering kali tergoda untuk mengikuti langkah orang lain. Saat melihat banyak orang membeli saham tertentu, kita mungkin merasa ingin ikut serta. Namun, sikap ini dapat mengarah pada keputusan impulsif yang berisiko dan berujung pada kerugian.

Teddy menjelaskan bahwa terjebak dalam saham gorengan adalah salah satu dampak dari perilaku herd. Ketika banyak orang yang membeli dan harga saham melonjak, investor akan terdorong untuk ikut membeli tanpa melakukan analisis yang tepat. Akibatnya, mereka bisa mengabaikan informasi yang penting dan berisiko mengalami kerugian.

SIMAK JUGA: 2 Pola Pergerakan Candlestick yang Sering Digunakan dalam Analisis Teknikal

* Kuy cerdas investasi dan trading dengan artikel edukatif EduFulus.com lainnya di Google News. Dus, jika ada yang tertarik menjalin kerjasama dengan EduFulus.com, silakan hubungi tim di WA (0812 8027 7190) atau email: edufulus@gmail.com.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*